Piala Dunia Dapat Satukan Perbedaan Antar Ras ?
Pertanyaan besar menjelang dimulainya Piala Dunia tidak akan terjadi di arena pertandingan, namun apakah turnamen sepak bola terbesar di Afrika Selatan dapat menyatukan perbedaan antar ras, 16 tahun setelah berakhirnya era apartheid? Untuk sementara hal tersebut sudah terjadi. Penduduk Afrika Selatan, yang setahun lalu tampak tidak memiliki antusiasme dalam menyambut Piala Dunia pertama di Afrika, saat ini merasakan adanya kegilaan patriorik dalam beberapa pekan terakhir. Titik puncak hal tersebut terjadi Rabu (9/6/2010) ketika pesta tarian luar biasa yang diikuti luapan terompet menggema di Johannesburg, dimana kerumunan massa multi-ras larut dalam air mata kegembiraan. "Lihatlah kerumunan ini, inilah yang dimaksud dengan rekonsiliasi," ujar Simon Muthelo. Sentimen ini bergema dalam lusinan panggilan telepon masuk untuk program radio dari para warga Afrika Selatan yang bangga. Para visioner yang membawa turnamen ke Afrika Selatan, mulai dari pejabat pemerintah seperti Presiden Jacob Zuma hingga Ketua Penyelenggara Lokal Danny Jordaan, mengatakan pengaruh Piala Dunia lebih signifikan dibandingkan dengan pemilihan umum 1994 yang mengakhiri apartheid. Banyak yang percaya, termasuk Jordaan, kick off pertanda dimulainya pertandingan di Stadion Soccer City, hari ini, hingga sebulan mendatang, dapat melebihi momen tak terlupakan pada 1995 ketika Nelson Mandela memakai kaus tim nasional rugby Afrika Selatan untuk mempersembahkan Piala Dunia Rugby. Waktu itu, keputusan dari sang politikus jenius telah memenangkan hati para penggemar rugby berkulit putih, ketika ancaman perseteruan antar ras masih berlangsung. Tensi ketegangan antar ras Namun, di tengah-tengah euforia kesuksesan Afrika Selatan dalam penyelenggaran Piala Dunia di Afrika, pihak yang realistis mengingatkan tensi ketegangan antar ras, tidak larut dalam pesta spektakuler sepakbola. "Di Afrika Selatan kita memiliki sejarah konflik rasial selama 350 tahun dan kita baru memiliki pemerintahan demokratis selama 16 tahun. Ini bukanlah proses yang terjadi dalam semalam. Ini memerlukan proses panjang," ujar Marius Roodts dari South African Institute of Race Relations. Hanya perubahan struktural secara sosial dan ekonomi, yang membuat "negeri pelangi" ini menjadi harmonis dan menyadari mereka memiliki kenyataan, bahwa mereka memiliki kekayaan terbesar dalam hal perbedaan di muka bumi, ungkap para analis. Gareth Mewham dari Institute of Security Studies menambahkan dampak dari Piala Dunia akan bertahan lama dibandingkan 1995 dan banyak warga Afrika Selatan bangga walau sebelumnya mereka skeptis tak mampu menyelenggarakan event dengan baik. "Namun permasalahan sosial serius tidak hilang dalam semalam. Itu terus mengancam kita setelah Piala Dunia berakhir. Saya tidak percaya olahraga dapat menimbulkan efek jangka pendek, bagi masyarakat yang mengakar kuat," ujarnya. "Masalah utama, mereka harus bertahan hidup, apalagi mereka berhadapan dengan kemiskinan dan pengangguran. Itu adalah sesuatu yang dapat menyatukan kita sebagai sebuah bangsa atau membuat kita tercerai-berai," ujarnya. Roodt sepakat "bahwa Piala Dunia dapat menyatukan kita sebagai bangsa lebih cepat dari tiadanya Piala Dunia, namun kita tidak hidup di surga antar ras setelah 11 Juli (final piala dunia)," jelasnya. Analis lain, Ebrahim Fakir dari Electoral Institute of South Africa menambahkan "Saya berpendapat bahwa seperti penyelenggaraan piala dunia rugby, ini hanya berlangsung sementara. Tentu saja, anda memiliki semangat spontan dan menggebu tentang kesatuan serta hubungan erat, namun masalah di Afrika Selatan adalah masalah struktural dan dibutuhkan satu generasi bagi kita untuk merasakan dampak nyata dari hubungan erat tersebut," ujarnya. Fakir merujuk kepada fakta bahwa setengah dari 480 ribu lapangan pekerjaan yang lahir pada pembangunan infrastruktur Piala Dunia akan hilang pasca turnamen berakhir, dan menambah kemungkinan ribuan pengangguran yang dapat menjadi sumber ketidakpuasan dan kriminalitas. Ia juga mengatakan perseteruan antar politisi dalam tubuh partai berkuasa ANC akan menghilangkan semangat persatuan di balik penyelenggaraan Piala Dunia dan menimbulkan pertanyaan yang sulit untuk dijawab. "Mengapa energi dan hubungan erat yang telah tersalurkan untuk Piala Dunia tidak ditujukan untuk menyelesaikan berbagai masalah di Afrika Selatan mulai AIDS hingga kemiskinan, yang baru-baru ini menyebabkan serangkaian kerusuhan di pinggiran kota?" (Bag/An)
|